Pada Asian Games 2018, kita mengenal Atung, salah satu maskot ajang olahraga yang berwujud rusa. Tahukah bahwa rusa tersebut adalah rusa Bawean, yang hanya terdapat di Pulau Bawean, Kabupaten Gresik, Jawa Timur. Rusa ini berwarna coklat muda dan mengenakan sarung bermotif tumpak.
Rusa Bawean terkenal dengan kecepatannya berlari, maka ia dipilih sebagai maskot kecepatan. Atung merepresentasikan Rusa Bawean, jenis rusa kecil yang merupakan satwa endemik khas Pulau Bawean. Pulau ini terletak di bagian utara Kabupaten Gresik, Jawa Timur, jaraknya kurang lebih 150 kilometer.
Di Indonesia, rusa yang bertubuh mungil ini merupakan satwa yang dilindungi. Hal itu tertuang dalam Surat Keputusan (SK) Kementerian Pertanian No. 421/Kpts/Um/8/1970 tanggal 26 Agustus 1970 dan PP No. 7 tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa, dikutip dari bbpkhcinagara.bppsdmp.pertanian.go.id
Untuk mengantisipasi terjadinya kepunahan pada rusa Bawean yang populasinya semakin sedikit, Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia terus mengawasi.
Rusa Bawean termasuk hewan nokturnal yang juga masuk dalam daftar Convention on International Trade in Endagered Species of Wild Fauna and Flora (CITES) sebagai Appendix I, yakni hewan yang paling dibahayakan karena terancam punah sehingga tidak boleh diburu dan diperjualbelikan (CITES 2000).
Terancam Punah
Sejak tahun 2008 rusa yang hanya ada di Pulau Bawean ini telah dikategorikan sebagai critically endangered atau terancam punah oleh International Union for Conservation of Nature ( IUCN ) Red List of Threatened Species.
Alasannya, jumlah populasinya semakin menurun karena perburuan liar, perubahan habitat, kehilangan habitat, fragmentasi habitat, dan eksploitasi hutan sekunder sebagai habitat alami dengan penanaman pohon jati (Tectona grandis).
IUCN Red List of Threatened Species (2015) menyarankan beberapa tindakan untuk melestarikan rusa Bawean diantaranya dengan meningkatkan populasi dan memperluas habitat rusa serta menginisiasi program koordinasi pengembangbiakan (breeding) untuk evaluasi.
Untuk penyelamatan rusa Bawean ke depan diharapkan juga dapat menggunakan teknologi bioreproduksi tapi diperlukan pengetahuan tentang reproduksi alami secara anatomi, fisiologi, dan tingkah laku sehingga dapat dilakukan manipulasi reproduksi dengan teknologi bioreproduksi.