Triwulan 2023, 49% Orang Dengan HIV/AIDS di Kabupaten Gresik Dari Homoseksual

Triwulan 2023, 49% Orang Dengan HIV/AIDS di Kabupaten Gresik Dari Homoseksual
Wakil Gresik mengadakan pelatihan Warga Peduli HIV/AIDS (WPA), Rabu (26/7/2023).

Dalam rangka mewujudkan Gresik bebas HIV-AIDS, Kabupaten Gresik melalui Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) mengadakan pelatihan Warga Peduli HIV/AIDS (WPA), Rabu (26/7/2023). Pelatihan kali ini merupakan tindak lanjut atas pengukuhan WPA Gresik, pada tanggal 30 November 2022.

Peserta pelatihan kali ini berasal dari perwakilan seluruh organisasi wanita di Kabupaten Gresik. Ditambah dengan duta HIV/AIDS Gresik, perwakilan beberapa sekolah negeri, sehingga total peserta berjumlah 40 orang.

Ditambah dengan pemateri dari spesialis penyakit dalam RS Ibnu Sina dr. Much. Fakhrudin Fakhry, Dinas Sosial Nur Faridah, dan Dinas Kesehatan Musyayadah.

“Beberapa waktu lalu dari KPA sudah mensosialisasikan hal ini kepada perempuan di Gresik. Kami memilih perempuan, karena dirasa lebih peka terhadap isu seperti ini. Maka hari ini kita lanjutkan dengan pelatihannya.” ujar Wakil Bupati Gresik Aminatun Habibah, saat membuka pelatihan ini.

Lebih lanjut wabup yang akrab disapa Bu Min itu mengatakan, kasus HIV/AIDS di Gresik cenderung meningkat. Diketahui pada 2021 lalu, angka Orang Dalam HIV/AIDS (ODHA) berjumlah 65 kasus. Jumlah ini meningkat sekitar 3x lipat di 2022 menjadi 179 kasus.

Sedangkan di triwulan 1 2023, jumlah kasus baru sudah mencapai 56, hal ini menunjukkan penularan yang tinggi. Sekitar 49% nya berasal dari laki-laki sex laki-laki (LSL/homosex). Lainnya, ada anak anak, remaja, ibu rumah tangga, dan warga binaan pemasyarakatan (narapidana).

“Oleh karena itu, ini menjadi perhatian kita semua. Meskipun peningkatannya tidak sebanyak nasional yang mencapai sekitar 5.100 kasus per 6 mei 2023 kemarin, tapi kita tidak bisa lengah dan berdiam diri saja.” ucapnya.

Bu Min juga mengatakan problematik HIV/AIDS bukan hanya sebatas bidang kesehatan saja. Tetapi bisa mempunyai dampak di bidang politik, ekonomi, sosial, etnis, agama dan hukum. Bahkan berimplikasi secara nyata, cepat atau lambat dapat menyentuh semua aspek kehidupan manusia.

Untuk itu, Bu Min berharap agar setelah pelatihan ini dapat menjadi bibit dalam bersikap kepada ODHA. Misalnya seperti mengambilkan obat, mengantarkan ODHA ke tenaga kesehatan, memberikan penguatan mental, tidak mendiskriminasi ODHA, melatih keterampilan/life skill kepada ODHA, mengedukasi masyarakat/meluruskaan persepsi yang salah tentang ODHA, ikut mendorong masyarakat ibu hamil untuk screening tes HIV/AIDS dan lainnya.

“Saya harapkan, agenda hari ini dapat memberikan pengetahuan, bagaimana ibu-ibu ini bisa memberikan arahan kepada warga di sekitarnya dalam mencegah HIV/AIDS dan bersikap kepada ODHA. Terlebih dapat mengeliminir orang-orang dengan keinginan seksual menyimpang, menjadi ke arah yang benar.” tuturnya.

Semua upaya tersebut dilakukan untuk mewujudkan target Gresik three zero (zero infeksi baru, zero kematian terkait AIDS, serta zero stigma dan diskriminasi).

Simak info menarik lainnya di Google News