SURABAYA – Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak mendukung dan mengapresiasi pemanfaatan teknologi demi inovasi efisien bagi para pengrajin Jawa Timur, terutama mereka yang ada dalam lingkup Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekrasnada) Provinsi Jatim.
“Ini adalah komitmen Dekranasda untuk mewadahi para pengrajin di masa sulit. Di mana Dekranasda beserta segenap OPD Jatim terkait juga bekerjasama untuk untuk menciptakan iklim yang efektif dengan pemanfaatan inovasi teknologi,” ujar Emil Dardak panggilan akrab Wagub Jatim seusai meresmikan Pameran Batik Bordir dan Aksesoris Fair 2022 dan Syukuran HUT Dekranasda ke-42 yang diselenggarakan PT. DEBINDO MITRA TAMA serta Dekranasda Jatim di Atrium Mall Grand City, Jl. Walikota Mustajab Surabaya, Kamis (3/3).
Emil menceritakan, salah satu upaya konkret yang telah adalah kerjasama Dekranasda Jatim dengan ITS dalam pemakaian 3D printing selama 3 tahun belakangan. Ia menerangkan, semua pengrajin biasanya membutuhkan waktu dan usaha yang besar dalam memproduksi sesuatu namun nilai jualnya malah turun karena alasan tertentu.
“Teknologi 3D printing ini sudah digunakan oleh salah satu pengrajin sepeda kayu Bojonegoro yang biasanya mengekspor ke Ekuador. Dengan 3D printing, mereka hanya perlu meng-customize desain rangka yang bisa dicetak di sana. Dengan efisiensi itu, pengrajin kita bisa memangkas biaya kirim dan meningkatkan nilai jual,” jelasnya.
Lebih jauh, Emil menerangkan bahwa dengan meningkatkan efisiensi dan nilai jual, harkat produk juga dapat membaik. Jika hal itu tersebut tercapai, lanjutnya, kesejahteraan bagi pengrajin bisa lebih mudah tercapai.
“Sebenarnya kerajinan seperti batik maupun aksesoris lain itu adalah bentuk perekonomian yang paling dekat dengan masyarakat kita karena pelaku usahanya biasanya merupakan ibu-ibu rumah tangga,” tuturnya.
“Inilah yang sebenarnya menjadi tantangan bagaimana kerajinan ini bisa lebih mensejahterakan keluarga-keluarga, yang kemudian akhirnya bisa menambah penghasilan di tengah situasi seperti saat ini. Dengan peningkatan inovasi, saya pikir akan lebih mudah mencapai kesejahteraan ini,” lanjutnya.
Di sisi lain, mantan Bupati Trenggalek itu menegaskan bahwa sebenarnya usaha peningkatan nilai dan harkat kerajinan juga ada di pundak masyarakat. Yang mana, mereka harus merasa bangga akan produk-produk lokal.
“Kita berani bayar tinggi buat tas-tas designer, kenapa kemudian kita tidak support produk kita yang jelas eksotis dan exquisite? Tugas Dekranasda di sini harus mengincar segmen yang tepat agar nilai batik ini meningkat. Tapi sebagai warga Jatim, kita juga harus menghargai kerajinan-kerajinan ini,” ujarnya.
Sementara itu, Ketua Dekranasda Jatim Arumi Bachsin Emil Elestianto Dardak mengatakan bahwa tantangan yang dihadapi industri sekarang ini adalah regenerasi pengrajin. Mengingat, kebanyakan pengrajin lebih memilih anak-anaknya bekerja kantoran.
“Ini paradigma yang salah. Justru sekarang yang penting itu adalah kreativitas. Mengingat hampir semua tugas kantoran sekarang sudah bisa digantikan oleh software,” ucapnya.
Arumi mengatakan, industri kerajinan merupakan bidang profesional yang bersifat dinamis. Di mana, setiap orang harus terus menjadi long life learner yang dapat mengembangkan kapasitas dan harus terus bisa meningkatkan adaptabilitas terhadap tren-tren yang berkembang di Indonesia.
“Maka sebenarnya anak-anak muda bisa dengan bangga terjun di dalam industri ini. Karena sektor ini butuh kreativitas dan pengetahuan akan teknologi untuk pemasaran dan promosi. Jadi saya pikir, anggapan kalau generasi muda tidak bisa jadi pengrajin sudah tidak relevan lagi,” tutupnya.
Selain itu, istri Wagub Emil itu turut menerangkan bahwa sudah sepatutnya industri kerajinan mendapatkan perhatian khusus. Sebab, produk kerajinan adalah penyumbang ekonomi yang sangat penting bagi Jawa Timur.
“Dan karena Jawa Timur adalah penyumbang terbesar kedua untuk perekonomian di Indonesia, peran dari batik dan aksesoris ini menjadi sangat vital. Maka, kita memang harus memberikan perhatian ekstra ke sektor ini agar perekonomian kita bisa tetap stabil,” tutupnya.
Sebagai informasi, Pameran Batik Bordir dan Aksesoris Fair ini telah dilakukan sejak 2005. Kali ini, acara berlangsung dari tanggal 2-6 Maret 2022 dan diikuti oleh peserta yang mengisi 84 stand.