Gresik – Jatim, 21 Januari 2020 – Untuk mengendalikan harga minyak goreng yang saat ini mengalami kenaikan cukup signifikan di pasaran, Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak meninjau pabrik minyak goreng di Kab. Gresik, Selasa (21/1).
Kunjungan orang nomor dua di Provinsi Jatim ini untuk mengetahui persoalan terjadinya kenaikan harga minyak goreng.
“Kami kesini memang utamanya karena minyak goreng, ada suatu kekhawatiran apakah kemudian harga ini akan terus meningkat dan apa sebabnya,” kata Emil Elestianto Dardak seusai melakukan peninjauan di PT. Wilmar Nabati, Kab. Gresik.
Wagub Jatim yang akrab disapa Emil Dardak ini menyampaikan bahwa tujuan utama ia melakukan kunjungan ke PT. Wilmar Nabati adalah untuk mencari tahu apa saja yang menjadi pemicu naiknya harga minyak goreng yang cukup tinggi.
Setelah melakukan perbincangan dengan Pimpinan PT. Wilmar Nabati, Emil Dardak menjelaskan bahwa ada beberapa hal yang memicu naiknya harga minyak goreng, antara lain karena harga bahan baku minyak goreng yaitu minyak sawit kasar atau Crude Palm Oil (CPO) mengalami peningkatan cukup signifikan. Hal tersebut membuat pihak pabrik melakukan penyesuaian harga minyak goreng hingga di tingkat distributor.
“Ternyata disebabkan memang ada penyesuaian harga, karena adanya kenaikan harga bahan baku,” jelas Emil.
Dirinya pun mengungkapkan bahwa penerapan bio diesel oleh pemerintah juga memberi kontribusi naiknya harga minyak goreng. Hal ini menyebabkan suplai CPO untuk minyak goreng harus disesuaikan dengan kebutuhan untuk suplai bio diesel.
“Memang dengan diterapkannya bio diesel, suatu hal yang lumrah bahwa terjadi dorongan terhadap harga, karena permintaan yang meningkat akan ada tendensi untuk harga itu naik di produk bahan bakunya, di CPO nya,” ungkapnya.
Selain itu, dirinya mengatakan bahwa musim hujan juga memberi pengaruh atas naiknya harga minyak goreng. Hal tersebut dikarenakan pada musim hujan dibutuhkan biaya lebih untuk pemrosesan tambahan akibat cuaca yang mempengaruhi kandungan fatty acid yang ada dalam minyak kelapa sawit mentah.
“Khususnya di triwulan empat, ada biaya pemrosesan tambahan akibat kondisi cuaca yang mempengaruhi kandungan fatty acid yang ada di dalam crude palm oil tadi,” katanya.
Setelah mengetahui penyebab naiknya harga minyak goreng, mantan Bupati Trenggalek itu menegaskan bahwa, Pemprov Jatim akan melakukan langkah-langkah untuk mengendalikan harga minyak goreng. Diantaranya melakukan pengecekan harga dari distributor ke konsumen untuk menghindari adanya permainan harga dari pihak-pihak tertentu.
“Kami mau mengecek dulu hitungannya, apakah kemudian perubahan harga sampai ke distributor, itu merefleksikan juga harga di konsumen hari ini, apa jangan-jangan kenaikan harga di konsumen terlalu tinggi dibandingkan dengan harga di distributor, kami mohon waktu untuk melakukan pengecekan,” ujar Emil Dardak
Langkah selanjutnya adalah dengan melihat komposisi inflasi yang disumbang oleh naiknya harga minyak goreng terhadap total belanja rumah tangga. Hal ini dikhawatirkan akan memicu kenaikan pada komoditi lainnya. Menurutnya, komoditi lain yang tidak memiliki benang merah dengan minyak goreng tidak akan memiliki alasan untuk menaikkan harga.
“Seberapa signifikan dia meningkatkan inflasi secara komposit atau keseluruhan, kami juga tidak ingin ini memancing kenaikan latah dari komoditas lain,” tukas Emil.
Sementara langkah terakhir, sebut Emil Dardak adalah dengan memberikan opsi varian kemasan minyak goreng yang lebih kecil dan lebih ekonomis menggunakan pillow packaging. Karena menurutnya, opsi tersebut akan membuat harga minyak goreng menjadi lebih terjangkau bagi konsumen.
“Maka kami ingin mencoba melakukan test market, dengan kemasan ini, bisa tidak untuk melakukan sebuah koreksi harga kalau terjadi peningkatan harga yang tidak proporsional,” pungkasnya.