Ratusan Perusahaan Pindah dari Belanda Hindari Dampak Brexit

Ilustrasi pedemo pendukung Brexit di Inggris. (REUTERS/Peter Nicholls)

CNN Indonesia — Setidaknya hampir 100 perusahaan telah memindahkan kantor mereka dari Inggris ke Belanda. Mereka khawatir dengan dampak ekonomi yang terjadi setelah Inggris hengkang dari Uni Eropa (Brexit) pada 31 Oktober mendatang.

Dilansir Reuters, Senin (26/8), Dinas Investasi Luar Negeri Belanda menyatakan sebanyak 325 perusahaan khawatir akan kehilangan pasar di wilayah Eropa, jika Brexit benar-benar terjadi. Alhasil mereka memutuskan untuk pindah.

“Ketidakpastian yang terus berkembang di Inggris dan kemungkinan tidak jelasnya kesepakatan membuat keresahan ekonomi bagi besar bagi para perusahaan tersebut. Ini alasan mengapa semakin banyak perusahaan berorientasi kepada Belanda sebagai tempat baru yang potensial bagi pasar Eropa,” ujar Komisioner Dinas Investasi Luar Negeri Belanda, Jeroen Nijland.

Baca Juga  Siapa Soleimani yang Buat Dunia Terancam Perang Dunia III?

Berbagai perusahaan yang pindah ada di bidang keuangan, teknologi informasi, media, periklanan, serta sains dan kesehatan.

Belanda bersaing dengan Jerman, Perancis, Belgia, dan Irlandia untuk menarik berbagai gerakan terkait Brexit.

Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson, yang bulan lalu mengambil alih pemerintahan, telah berjanji akan membawa Inggris keluar dari Uni Eropa pada akhir Oktober mendatang dengan atau tanpa kesepakatan.

Johnson sudah memperingatkan parlemen dia akan tetap maju dengan rencana Brexit tanpa kesepakatan, meski ditentang oleh oposisi dari Partai Buruh. Untuk menghalangi rencana itu, pemimpin oposisi Jeremy Corbyn bersumpah untuk menjatuhkan pemerintah Johnson pada awal September demi menunda Brexit.

Penentang yang tidak setuju mengatakan itu akan menjadi bencana bagi Inggris, negara demokrasi yang sempat mendapat julukan paling stabil di Barat.

Baca Juga  Apa itu Industri 4.0

Keluarnya Inggris dari Uni Eropa tanpa kesepakatan, kata mereka, akan melukai pertumbuhan global sekaligus melemahkan klaim London sebagai pusat keuangan terkemuka di dunia.